Balada Musim Dingin

Snow just like high heels, tough it seems pretty but it may cause harm and need the most effort among other seasons.

Kemarin dapat kabar dari Enschede yang sempat dilanda badai salju, ternyata winter tahun ini memang greget banget dinginnya yang udah terasa sejak peralihan musim gugur. Sebagai insan yang sering mager, tentu saya bersyukur ga ngalamin hari-hari sedingin itu, tapi kalau liat foto-foto bersalju temen-temen yang masih tinggal disana sih terbesit sirik juga karena salju-nya pasti kece banget di Instagram; sebuah alasan yang cukup penting dong di zaman #instagrammama saat ini.

Tapi nyatanya musim dingin itu sakit, Jenderal! Mulai dari muka beku, kulit bibir pecah-pecah, jari tangan mati rasa, ujung kaki perih, sampai celah-celah di tumit kaki yang terus melesak tingkat kedalamannya (baca : rorombehan akut). So, hail to all moms there, yang tengah berjibaku tetap aktif wara-wiri nganter anak-anaknya, belanja, dan gagah berani melintasi kota dengan sepeda ditengah temperatur yang menggigit.

Balada seru dan repotnya memang jadi pengalaman berkesan ketika hidup di negara empat musim, dan kita selalu menunggu-nunggu musim selanjutnya dengan semangat. Seperti menanti musim panas, terbayang senangnya pake baju tanpa berlapis-lapis dan menikmati liburan yang panjang, PLUS! obral dimana-mana yang aduhai. Lain lagi ketika menyambut musim semi, hari-hari jadi lebih ceria dengan kehadiran bunga-bunga cantik ditengah temperatur yang sejuk, bikin semangat jadi tukang kebun dadakan.

Kalau musim gugur? Ini sih kesukaan saya, berkat nuansanya yang syahdu dan romantis melihat daun-daun yang berubah warna dan menghujani bumi dengan lembut. Lalu datanglah sang musim dingin yang paling ditunggu para pejuang jalan surga, karena malamnya yang panjang jadi waktu puasa lebih pendek sedangkan waktu buat shalat malam lebih panjang. Oh, belum lagi dengan menjamurnya Christmas Market di berbagai kota, wisata cahaya, juga ehmsale heboh di awal tahun (penting ini).

Apapun musimnya, yang penting jangan saltum

Apalagi ketika musim dingin, kita wajib membentengi diri pake perlengkapan yang mumpuni menjaga panas tubuh. Tapi berhubung kita tinggal di negara tropis, mempersiapkan baju musim dingin ga semudah nyari ke mall terdekat, bahkan di Instagram online store pun nyaris nihil pilihannya. Jadi kemana dong belinya?

Ok, sebelumnya saya mau disclaimer dulu yah : Ketika packing untuk tinggal di Belanda, kami tahu nantinya cuma melewati satu kali musim dingin. Jadi, sejak awal saya merasa ga perlu berinvestasi terlalu mahal di perlengkapan musim dingin khususnya jaket-jaket. Buat saya dan suami, cukuplah kami datang ke Gedebage – Bandung, dan berburu jaket second yang kondisinya masih prima. Terus dapet gak barangnya? Tentu dong, setelah blusukan sekitar satu-dua jam kami berhasil menenteng keresek hitam berisi lima jaket dengan harga Rp 550.000,- saja. Jaketnya ada yang tebal (untuk musim dingin), ada juga yang sedang (untuk musim gugur).

Kalau ga masalah pakai barang second sih, saran saya maen-maen aja dulu kesana, faktanya kami cukup terkesima dengan ragam jenis, bahan, dan merek yang ditawarkan para penjual di Gedebage. Kuncinya, pastikan jaket tersebut (1) punya capuchon/hoodie yang masih bagus (banyak yang bisa dilepas dari jaketnya) juga kancing yang lengkap, (2) kalau punya tambahan bulu, pastikan bulunya masih sexy yah melambai-lambai tanpa terkesan belum dicatok atau gimbal, (3) jaket yang menggunakan bahan thermal lebih jagoan dalam menjaga kehangatan tubuh. Terkadang ada juga jaket berbahan dari bulu angsa, tapi masukan dari teman sih jaket jenis ini ga bisa basah jadi lebih baik cari yang bisa dipakai di segala medan. Setelah sampe rumah, jangan lupa di laundry (dry clean) dan kancing-kancingnya dijait lagi supaya kencang.

Buat Najwa, kami dapet jaket musim dingin bermerek NEXT di Bogor Factory Outlet – Jalan Pajajaran Bogor, seharga 260ribu. Ternyata di FO itu lengkap loh koleksi jaket, baju, dan aksesoris untuk musim dingin, dengan catatan : (1) long john nya lebih bagus yang dari online store Toko Djohan, (2) koleksi jaket musim dingin untuk anak terbatas tapi lebih bagus dan update (dibandingkan toko yang pernah saya cek di bandung).

Sambil mencari jaket, saya juga berburu perlengkapan lainnya yang ga kalah kritis demi ketahanan di musim dingin. Beberapa toko sesuai rekomendasi dari tulisan pasupoto ini sempat saya sambangi. Jujur saja, ketika itu kami clueless tentang jenis, bahan, atau bentuk yang pas sesuai kebutuhan. Nah, berkaca dari pengalaman melewati winter 2015, ternyata inilah kriteria perlengkapan ideal buat kami :

  • Long John : Setelan ini kepake banget buat lapisan pertama sebelum pakai baju pergi. Bahkan saya mulai pake long john ini sejak musim gugur yang temperaturnya berkisar 10 C, supaya baju luar “cuma” ditambah jaket medium. Belinya di Toko Djohan seharga 120ribu (pilih aja yang murah, toh yang mahal juga bukan berbahan thermal). Ketika di toko Kijk – Belanda, saya membeli celana panjang thermal yang berbulu didalamnya dengan harga 7 euro (setara 100 ribu rupiah), celana ini lebih mantap menjaga kehangatan dibandingkan long john dari Indonesia.
  • Perlukah sepatu musim dingin? Tergantung, cek dulu seberapa minus temperatur negara yang akan dikunjungi. Kalau masih berkisar minus 6 Celcius, pakai sepatu boots/sneakers plus kaos kaki thermal pun masih nyaman. Tapi kalau lebih rendah dari itu lebih baik beli sepatu khusus supaya kaki tetap hangat. Oh ya, sepatu model UGG cukup populer, sayangnya sepatu jenis ini jadi basah ketika nyelup di salju.
  • Buat syal, dibanding tipe syal panjang, saya lebih suka yang bentuknya lingkaran tinggal dikalungkan ke leher karena lebih praktis (dan kece). Entah terlewat atau memang ga ada, saya ga nemu syal jenis ini di Indonesia. Akhirnya di Belanda baru nemu di H&M (juga banyak di toko lainnya) seharga 5 euro aja, kebetulan lagi diskon.
  • Penutup telinga? Beli dua di Toko Djohan, ternyata ga pernah kepake karena bikin kagok pergerakan kepala apalagi pas lagi bersepeda yang perlu sering nengok kiri kanan (mungkin hanya perasaan saya aja). Berhubung saya pakai bandana dan kerudung jadi cukup hangat tanpa penutup telinga.
  • Topi? Paling mantep tentu yang jenisnya kupluk bisa ditarik sampe nutup telinga dan ga terlalu bulky juga.
  • Kalau urusan sarung tangan, usahakan pilih yang waterproof supaya lebih awet dan pas ukurannya. Kemarin saya beli yang leather tapi setelah dicuci jadi keriting, mungkin harusnya jangan cuci pakai mesin yah.
  • Giliran perlengkapan Najwa, selain jaket, semuanya saya beli di Belanda termasuk sepatu, syal, topi, dan sarung tangan (pilih yang bertali yah supaya kalau lepas ga akan hilang).

Nah, itu cerita berburu perlengkapan musim dingin dari Bandung dan Bogor. Buat yang mau cari-nya pas di Belanda, ada Mba Arin (www.therustantofamily.com) dan Mba Cetut (www.padmaningsih.wordpress.com) yang berbaik hati mengirimkan tips mereka sejak Oktober 2016! Ketika masih musim gugur tuh. Sayangnya tulisan ini baru sanggup saya garap sekarang (mohon maaf banget yah padahal aku-nya yang nagih-nagih *ga tau diri huhu). Berhubung info and tips nya lengkapkapkap banget dari kedua mba kesayangan saya, they deserve to have their on pages (^_^) simak di postingan selanjutnya.

Beli di luar negeri harganya lebih mahal dong? Tenaaang.. harganya ga melulu lebih mahal dari yang di Indonesia kok, malah kalau di negara empat musim pilihannya jadi lebih banyak. Untungnya, hampir semua toko di Belanda punya online shop yang bermanfaat buat cek referensi model dan harga sebagai perbandingan, coba aja cek dulu http://www.primark.nl atau http://www.hnm.nl.

3 thoughts on “Balada Musim Dingin

  1. cetut says:

    Reblogged this on queen of babble and commented:
    Seri Balada Musim Dingin (part 1) yang ditulis adik ketjeh kesayangan, teman seperjuangan di Belanda. Seri Balada Musim Dingin ini rencananya mau dibuat kolaborasi blogger Enschede gitu, namun akhirnya dibuat beberapa seri. Enjoy!

    Like

Leave a comment